Masyarakat sekarang menyadari
bahwa kemiskinan bukan hanya persoalan-persoalan yang berhubungan dengan faktor
ekonomi, lingkungan atau aset semata—seperti dasar pemikiran pada kegiatan
penanggulangan kemiskinan dahulu. Namun juga ada persoalan yang lebih mendasar,
yaitu akar penyebab kemiskinan itu sendiri: disebabkan oleh kemalasan ataupun
kurangnya pengetahuan.
Pengetahuan
memang sangat penting bagi kehidupan manusia itu sendiri. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui pendidikan. Maka, seseorang yang kurang mengerti atau
memahami tentang arti pendidikan akan menyebabkan kehidupannya terpuruk. Bagi
kebanyakan warga kurang mampu,kemiskinan bukan saja bermakna miskin harta, akan
tetapi juga dapat berarti miskin pengetahuan. Karenanya tidak jarang kebutuhan
masalah pendidikan untuk anak seringkali dianggap sesuatu yang kurang penting
atau bukan menjadi prioritas utama. Fokus kehidupan mereka berkutat pada
persoalan pada upaya bagaimana pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat
tercukupi. Itulah sebabnya masalah pendidikan anak sebagai generasi penerus
bisa menjadi faktor kebutuhan yang nomor buncit, yang pasti bukan sesuatu yang
teramat mendesak dan suatu keharusan. Inilah salah satu factor penyebab
mengapa proses kemiskinan berlangsung dari generasi ke generasi seolah tidak
pernah menemui titik perhentian. Ketidak mampuan mereka meraih peluang
kesempatan kerja di sector formal, akibat terbatasnya pendidikan dan ktrampilan
( life skill ) yang dimiliki, menjadikan kebanyakan dari mereka berserah diri
pada nasib.
Pendidikan adalah salah satu hak
yang sudah selayaknya didapatkan oleh semua anak. Berbagai hasil studi
menunjukkan, jika pada masa usia dini seorang anak mendapat stimulasi maksimal,
maka potensi anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pemerintah pun menaruh perhatian
besar terhadap hal tersebut. Terbukti, dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, diatur masalah pendidikan anak. UU ini
menegaskan, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadi serta kecerdasan. Namun, kenyataannya, tidak semua
anak bisa mendapatkan atau melanjutkan pendidikan. Khususnya, bagi masyarakat
miskin.
Sadar akan
masalah tersebut, KIM Ngegong Kelurahan Ngegong
Kecamatan Manguharjo mengusulkan untuk memberikan tambahan pelajaran bagi anak
warga miskin yang tidak mampu. Dengan adanya tambahan waktu belajar di
luar jam sekolah dengan dipandu tutor yang berpengalaman, setidaknya akan
membantu meningkatkan pemahaman anak terhadap berbagai mata pelajaran di
sekolah, serta meningkatkan
pengetahuan mereka. Kesemuanya itu diharapkan akan merangsang anak untuk dapat
berprestasi disekolah.
Bimbingan Belajar ini
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh masing-masing bimbel
dengan mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. “Diharapkan
dari program tersebut, Ngegong bisa mencetak kader-kader penerus bangsa yang
dapat meningkatkan, memajukan dan mensejahterakan warga Kelurahan Ngegong.
Jadikan keterbatasan sebagai peluang meraih prestasi “. Kemiskinan adalah
sebuah kebetulan, mata rantai kemiskinan dapat diputus dengan mejadikan
anak-anak kaum papa berprestasi sejajar dengan kalangan menengah atas. Dengan
prestasi yang diraih anak, semoga akan merangsang orang tua untuk mendorong
anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan
bekal pendidikan formal dan pengetahuan yang cukup, kelak dikemudian hari
harapan untuk merubah nasib ke arah yang lebih baik akan semakin terbuka lebar.
Semoga !!!