KIM Ngegong didirikan pada tanggal 19 April 2010 di Kelurahan Ngegong Madiun. KIM Ngegong merupakan Kelompok Informasi Masyarakat yang ada di Kelurahan Ngegong yang bertujuan untuk mencari,megulas,dan menyebar luaskan informasi kepada Masyarakat Umum tentang kegiatan-kegiatan yang ada pada wilayah Ngegong dan sekitarnya.
WELCOME
Jumat, 26 Oktober 2012
Kamis, 11 Oktober 2012
KELURAHAN NGEGONG SEBAGAI KELURAHAN SIAGA
Kesehatan
adalah impian semua penduduk di muka bumi ini, tak terkecuali Indonesia.
Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program Indonesia Sehat. Yang
pertama pada 2010, dimana indicator untuk menuju kearah Indonesia sehat masih
belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi Indonesia Sehat 2015.
Kelurahan
siaga adalah kondisi dimana suatu desa dianggap mampu dan mau untuk mengetahui
dan mengatasi permasalah kesehatan di wilayahnya sehingga diharapkan kondisi-kondisi
kesehatan yang ada dapat tertanggulangi. Logikanya, jika unit terkecil dalam
pemerintahan dapat berdaya dan mandiri secara kesehatan otomatis bagian yang
lebih besar dari unit tersebutpun akan mandiri dan berdaya. Dalam
pelaksanaannya, pemerintah kelurahan bekerjasama dengan lintas sector dan
lintas program yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Unit Pelayanan Terpadu
tersebut hanya berfungsi sebagai fasilitator, pelaksanaanya sepenuhnya
tergantung dari pemerintahan desa.
Dengan
kelurahan siaga, diharapkan kesadaran masyarakat dapat terbangun. Masyarakat
mampu menyadari bahwa pencegahan jauh lebih murah dibandingkan pengobatan.
Basis dari kegiatan Kelurahan Siaga adalah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan.
Kelurahan Siaga merupakan
gambaran masyarakat kelurahan yang sadar, tahu, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi
berbagai permasalahan sosial di wilayahnya, terutama ancaman terhadap kesehatan
dirinya sendiri dan lingkungannya, seperti kurang gizi, penyakit menular,
kejadian bencana, kecelakaan, dan lain sebagainya, dengan memanfaatkan potensi
yang mereka miliki secara gotong royong menuju
Kelurahan Sehat. Kegiatan masyarakat di Kelurahan Siaga digerakkan
dengan mengembangkan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) atau Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).
Poskeskel merupakan salah satu wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) diharapkan mampu melaksanakan alih informasi dan alih teknologi serta
alih kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang ada di
wilayah tersebut. Sehingga keberadaan Poskeskel bukan hanya sebagai suatu pelayanan kesehatan
dasar, tetapi lebih merupakan forum interaksi antara masyarakat dengan tenaga
kesehatan yang dijembatani oleh kader. Untuk itu inti dari kegiatan Poskeskel terletak pada
kemampuan para kader Kelurahan Siaga dalam melaksanakan tugasnya sebagai motivator dan inovator
dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
A. SEKSI KIA
a.
P4K
(Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi)
Adalah merupakan kegiatan keluarga dan masyarakat
di Kelurahan Ngegong yang di fasilitasi oleh bidan dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
komplikasi pada saat hamil,bersalin, dan nifas Tujuan dari dibentuknya P4K di
Kelurahan Ngegong ini adalah mengkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi lahir melalui peningkatan
peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi
ibu sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan P4K yang ada di Kelurahan Ngegong antara
lain :
-
Tabulin (
Tabungan Ibu Bersalin ), merupakan peran serta ibu hamil dalam mempersiapkan
biaya persalinan. Tabulin ini diikuti oleh seluruh ibu hamil di wilayah
Kelurahan Ngegong ( 100% ), dengan kesepakatan : besar tabungan bebas sesuai
kemampuan, cara menabung ibu hamil datang ke Posyandu Balita pada waktu hari buka
Posyandu dan dicatat oleh kader tabulin di posyandu kemudian dilaporkan di
Kelurahan Siaga/ Poskeskel. Untuk biaya persalinan oleh pemerintah ada program
jampersal sehingga tabulin bisa dipakai untuk biaya penunggu/keluarga, dan
kebutuhan persalinan yang lainnya.
-
Ambulan
Kelurahan merupakan alat transportasi berupa mobil, motor, becak yang
anggotanya ada di tiap RT ( setiap RT ada 1-2 kendaraan ) untuk mengantarkan
warga Ngegong yang membutuhkan pertolongan kesehatan ( sakit, akan melahirkan,
kasus kegawatdaruratan/ kecelakaan dll ) ke fasilits kesehatan ( Puskesmas / RS
). Semua ambulan dibuatkan jadwal piket perhari/ minggu disertai nomor
telephone agar mudah dihubungi dan jadwal piket tersebut ditempel/ dipasang
ditiap RT, Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Poskeskel. Biaya ambulan kelurahan
ini diambil dari uang jimpitan/ dana sehat warga melalui RT dan dilaporkan ke
poskeskel sebesar Rp.25.000 untuk mobil, dan Rp. 10.000 untuk sepeda
motor/becak.
-
Donor Darah,
merupakan bentuk partisipasi masyarakat untuk mendukung persiapan persalinan
dan pencegahan komplikasi bagi ibu hamil berupa kesiapan secara sukarela untuk
mendonorkan darahnya apabila diperlukan. Di tiap RT ada 3-4 orang calon
pendonor, dimana seluruh anggotanya ( sewilayah Kelurahan Ngegong ) tercatat
dalam daftar Calon Pendonor disertai golongan darah dan nomor telephone agar
mudah dihubungi dan daftar ini ditempel/dipasang ditiap RT, Posyandu Balita,
Posyandu lansia, dan poskeskel.
-
Penempelan
Stiker Ibu Hamil, merupakan salah satu kegiatan untuk persiapan persalinan dan
pencegahan komplikai berupa penempelan stiker P4K di tiap rumah ibu hamil (
dipintu/jendela yang mudah dilihat oleh
warga sekitar ) yang dilakukan oleh kader, sebagai tanda bahwa dirumah tersebut
ada ibu hamil yang apabila membutuhkan pertolongan sewaktu-waktu masyarakat
siap membantu sehingga tidak sampai terjadi komplikasi/ bahaya. Stiker warna
biru keunguan berisi nama ibu hamil, tanggal perkiraan persalinan, penolong
persalinan (bidan/dokter), tempat
persalinan (RS,RB,BPS), pendamping persalinan (keluarga/suami/ibu),
kendaraan/transportasi ( kendaraan pribadi/ambulan kelurahan ), calon pendonor,
dan ditambah rencana KB. Semua ibu hamil harus sudah dipasang stiker P4K. Isi
stiker P4K sesuai dengan perencanaan persalinan/ Amanat Persalina yang ada di
buku KIA.
-
Penandaan,
merupakan penandaan fktor resiko ibu hamil dengan menggunakan bendera yang
dipasang bersama stiker ibu hamil oleh kader. Bendera terdiri dari 3 warna :
a)
Hijau untuk
ibu hamil dengan RR/ Resiko Rendah ( nilai score 2, boleh melahirkan di bidan )
b)
Kuning untuk
ibu hamil dengan RT/Resiko Tinggi ( nilai score 6-10, boleh melahirkan di bidan
tetapi disiapkan rujukan ke RS )
c) Merah untuk ibu hamil dengan RST/Resiko Sangat
Tinggi ( nilai score 12 atau lebih , harus melahirkan di rumah sakit )
-
Sippen K3 (
Sistem pencatatan dan pelaporan Kehamilan, Kelahiran dan Kematian). Merupakan
kegiatan pendataan, pencatatan, dan pelaporan oleh kader ke petugas kesehatan
meliputi Kehamilan ( ibu hamil), Kelahiran (bayi dan ibu bersalin) dan Kematian
di wilayah Kelurahan Ngegong.
b. KADARZI (Keluarga
Sadar Gizi )
Diharapkan semua keluarga di Kelurahan Ngegong
sudah menjadi keluarga sadar gizi yaitu :
1.
Rutin
menimbang bayi dan balita ke Posyandu. Ini bisa dilihat dari jumlah bayi/balita
yang ditimbang di Posyandu ( D) dibandingkan jumlah seluruh balita yang ada di
wilayah Kelurahan Ngegong ( S ), untuk lomba D/S harus > 90%.
2.
Pemberian ASI
Eksklusif , yaitu hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan ( tidak
diberi susu formula atau makanan lain sampai bayi berusia 6 bulan). Jumlah seluruh bayi di Ngegong yang mendapat
ASI eklusif harus lebih dari 90%. Untuk itu ada penyuluhan tentang ASI
segera dan ASI eklusif pada ibu hamil
sebanyak > 12 kali/tahun ( di posyandu, kelas ibu hamil, Pojok Laktasi ) dan
ada Duta ASI yang membantu mempromosikan ASI eklusif ( Duta ASI Kelurahan
Ngegong adalah ibu Ninggar , RT.7, memiliki putra 2 orang yang lahir dengan
cara operasi caesar tapi tetap bisa memberikan ASI saja sampai 6 bulan )
3.
Pemakaian
Garam Yodium
4.
Makan
beraneka ragam sayur dan buah
5.
Pemberian
Suplemen gizi ( pemberian vitamin A pada bayi diatas 6 bulan – 11 bulan warna
biru, balita usia 12 bln- 5 thn warna merah, dan ibu nifas, pemberian kapsul
yodium, pemberian tablet tambah darah/Fe.
Selain 5 kegiatan tersebut masih ada bentuk peran
serta lain yang mendukung, misalnya upaya PMT ( Pemberian Makanan Tambahan
), penyuluhan di posyandu,
pemanfaatan pekarangan/ TOGA, upaya
penggalangan dana sehat/ jimpitan. Kegiatan survey kadarzi minimal dilaksanakan
1x/thn, kemudian dibuatkan pemetaan oleh kader.
c. Kegawatdaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana, merupakan upaya masyarakat dalam mencegah
dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan.
Kegiatannya
antara lain adalah :
1.
Pemetaan
kondisi kelurahan dan daerah potensi bencana/kedaruratan, seperti ring road
yang rawan kecelakaan.
2.
Pelatihan dan
simulasi PPGD ( Prosedur Penanganan Gawat Darurat )
d.
Penyehatan lingkungan/ sanitasi, supaya yang
dilakukan masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan sehat agar
terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan.
Ciri lingkungan sehat ialah :
1.
Bersih, rapi
tidak ada genangan air, pengelolaan sampah yang benar ada penghijauan, air
bersih tersedia dan mudah di dapat, tersedia jamban sehat.
2.
Perumahan
sehat tidak ada jentik, punya saluran pembuangan air limbah, penghijauan dan
pemanfaatan pekarangan, penyehatan makanan dan minuman.
Ciri rumah sehat adalah :
1.
Tersedia
sarana air bersih
2.
Tersedia
jamban ssehat
3.
Halaman
bersih
4.
Ruangan cukup
luas dan tidak padat penghuni
5.
Kamar berjendela,
ada ventilasi dan sinar matahari dapat masuk
6.
Dinding,
lantai kering
7.
Dapur
berventilasi, ada cerobong asap
8.
Tidak ada
jentik, kecoa, tikus
9.
Tidak lembab
dan pengap
10.
Ada tempat
sampah tertutup dan kedap air
11.
Ada resapan
air hujan/ saluran pembuangan air limbah rumah tangga
12.
Lantai bukan
tanah
13.
Ada lubang
biopori, pengolahan sampah rumh tangga
Kegiatan yang dilaksanakan
antara lain : kerja bakti lingkungan, pemerisaan jentik oleh kader jumantik
3-4x setahun, budaya CTPS, BAB di jamban ( jumlah jamban umum di Kelurahan
Ngegong sebanyak 6 buah )
e.
PHBS (
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )
Keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga
digunakan 10 indikator yaitu :
1.
Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan
2.
Memberi bayi
ASI eklusif, yaitu hanya memberi ASI saja pada bayi sampai usia 6 bln
3.
Menimbang
bayi setiap bulan
4.
Menggunakan
air bersih
5.
Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, kiat dengan budaya CTPS
6.
Menggunakan
jamban sehat, kiat dengan budaya BAB di
jamban, tersedianya jamban umum, dan penyuluhan
7.
Memberantas
jentik di rumah seminggu sekali, kiat dengan pemeiksaan jentik oleh kadeer
jumantik disertai penyuluhan pada warga tentang bahaya demam berdarah. Kegiatan
PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) melalui kerja bakti
8.
Makan sayur
dan buah setiap hari, kiat dengan pemanfaatan pekarangan/ditanami sayur dan
buah sehingga tidak perlu beli, pemnfaatan lahan kebun/sawah dengan tumpang
sari, penyuluhan tentang pentingnya sayur dan buah untuk kesehatan.
9.
Melakukan
aktivitas fisik setiap hari, dengan jalan kaki atau naik sepeda, adanya
kelompok bersepeda santai yang sekretariatnya di Ngegong di jalan Kunir ( rumah
Bpk. Henoch joko L )
10.
Tidak merokok
dalam rumah
Kegiatan yang dilakukan meliputi : simulasi PHBS,
survey PHBS petugas kesehatan dengan kader, penyuluhan tentang PHBS.
f.
Survailans
berbasis masyarakat, yaitu pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan
oleh masyarakat ( kader ) dibantu oleh tenaga
kesehatan berupa :
1.
Pengamatan
dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan,
dan perilaku yang dapat menimbulakan masalah kesehatan masyarakat
2.
Pelaporan
cepat ( kurang dari 24 jam ) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat
3.
Pencegahan
dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan
4.
Pelaporan
kematian
Tujuannya : terciptanya sistem kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya masalah
kesehatan yang akan mengancam atau merugikan masyarakat. Kegiatan yang diamati
terus-menerus : penyakit menular, penyakit tidak menular. Kesehatan ibu dan
anak, dan status gizi dan perkembangan anak
Senin, 01 Oktober 2012
SUKUN
Sukun merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia
sejak tahun 1920, yang pada awalnya tanaman ini tidak banyak ditanam orang,
namun sekarang sudah cukup populer karena dapat dibuat berbagai makanan
beraneka ragam terbuat dari sukun misalnya: goreng sukun, getuk sukun, kolak
sukun, cake sukun, mie sukun, klepon sukun, dodol sukun, bola sukun, apem sukun
dan bahan baku pembuat Pek empek
(makanan khas Palembang) dan lain-lain.
Karena dengan dibuat tepung sukun maka makanan ini menunjukkan amat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Sekarang ini bibit sukun tengah banyak dicari masyarakat untuk ditanam, karena budi dayanya yang relatif gampang, produksi buahnya cukup baik dan manfaat buahnya dapat dikonsumsi untuk aneka ragam makanan dan harga jual buah yang menguntungkan serta masih banyak kelebihan lainnya yang membuat daya tarik masyarakat dikarenakan sukun bisa menjadikan makanan alternatif pengganti beras.
Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai “buah roti”. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari – Februari dan panen susulan pada bulan Juli – Agustus. Daerah penyebaran tanaman Sukun di Indonesia hampir merata, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan .
Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Buahnya berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg. Buah sukun bisa digunakan untuk bahan pangan. Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Batang besar dan lurus hingga 8 m, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting (Koswara, 2008).
B. Manfaat Buah Sukun
Pemanfaatan buah sukun biasanya hanya sebatas direbus, digoreng, dijadikan keripik atau dijadikan kolak setelah dibakar utuh seperti yang dilakukan di Maluku. Buah sukun yang masih muda dapat pula dijadikan sebagai sayur. Sebenarnya terdapat pemanfaatan lain dari buah sukun namun jarang dilakukan oleh masyarakat. Selebihnya, banyak buah sukun yang menjadi tua di pohon dan jatuh terbuang. Padahal dalam buah sukun terkandung banyak manfaat seperti kandungan serat yang mencapai 16 kali lipat dari serat yang terkandung dalam beras. Dengan kandungan serat ini, buah sukun dapat membantu alat pencernaan dalam tubuh khususnya dalam proses pencernaan. Buah sukun juga dapat digunakan untuk obat bahkan diduga potensial untuk menurunkan gula darah.
Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap, dan biasa digunakan untuk membuat perahu atau kontruksi rumah (Koswara, 2006).
Kandungan Kimia Buah Sukun
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. (Makmur, L., et al., 1999).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau bulat panjang. Pada buah yang telah matang, diameternya dapat mencapai 19,24 sampai 25,4 cm dan beratnya kurang lebih 4,54 kg. Kulit buah yang masih mudah berwarna hijau dan daging buah berwarna putih. Setelah tua, warna kulit hijau kekuningan atau kecoklatan, sedangkan daging buah berwarna putih kekuningan. Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Karena dengan dibuat tepung sukun maka makanan ini menunjukkan amat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Sekarang ini bibit sukun tengah banyak dicari masyarakat untuk ditanam, karena budi dayanya yang relatif gampang, produksi buahnya cukup baik dan manfaat buahnya dapat dikonsumsi untuk aneka ragam makanan dan harga jual buah yang menguntungkan serta masih banyak kelebihan lainnya yang membuat daya tarik masyarakat dikarenakan sukun bisa menjadikan makanan alternatif pengganti beras.
Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai “buah roti”. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari – Februari dan panen susulan pada bulan Juli – Agustus. Daerah penyebaran tanaman Sukun di Indonesia hampir merata, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan .
Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Buahnya berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg. Buah sukun bisa digunakan untuk bahan pangan. Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Batang besar dan lurus hingga 8 m, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting (Koswara, 2008).
B. Manfaat Buah Sukun
Pemanfaatan buah sukun biasanya hanya sebatas direbus, digoreng, dijadikan keripik atau dijadikan kolak setelah dibakar utuh seperti yang dilakukan di Maluku. Buah sukun yang masih muda dapat pula dijadikan sebagai sayur. Sebenarnya terdapat pemanfaatan lain dari buah sukun namun jarang dilakukan oleh masyarakat. Selebihnya, banyak buah sukun yang menjadi tua di pohon dan jatuh terbuang. Padahal dalam buah sukun terkandung banyak manfaat seperti kandungan serat yang mencapai 16 kali lipat dari serat yang terkandung dalam beras. Dengan kandungan serat ini, buah sukun dapat membantu alat pencernaan dalam tubuh khususnya dalam proses pencernaan. Buah sukun juga dapat digunakan untuk obat bahkan diduga potensial untuk menurunkan gula darah.
Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap, dan biasa digunakan untuk membuat perahu atau kontruksi rumah (Koswara, 2006).
Kandungan Kimia Buah Sukun
Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. (Makmur, L., et al., 1999).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau bulat panjang. Pada buah yang telah matang, diameternya dapat mencapai 19,24 sampai 25,4 cm dan beratnya kurang lebih 4,54 kg. Kulit buah yang masih mudah berwarna hijau dan daging buah berwarna putih. Setelah tua, warna kulit hijau kekuningan atau kecoklatan, sedangkan daging buah berwarna putih kekuningan. Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah
(Koswara, 2006)
UNSUR-UNSUR
|
SUKUN MUDA
|
SUKUN
MASAK
|
Air (g)
Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitami C (mg)
Abu (g)
Serat (g) |
87.1
46 2.0 0.7 9.2 59 46 - 0.12 0.06 21 1.0 2.2 |
69.1
108 1.3 0.3 28.2 21 59 0.4 0.12 0.06 17 0.9 - |
Label:
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Lokasi:
Ngegong, Madiun 63125, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)