WELCOME

Kamis, 11 Oktober 2012

KELURAHAN NGEGONG SEBAGAI KELURAHAN SIAGA


Kesehatan adalah impian semua penduduk di muka bumi ini, tak terkecuali Indonesia. Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program Indonesia Sehat. Yang pertama pada 2010, dimana indicator untuk menuju kearah Indonesia sehat masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi Indonesia Sehat 2015.
Kelurahan siaga adalah kondisi dimana suatu desa dianggap mampu dan mau untuk mengetahui dan mengatasi permasalah kesehatan di wilayahnya sehingga diharapkan kondisi-kondisi kesehatan yang ada dapat tertanggulangi. Logikanya, jika unit terkecil dalam pemerintahan dapat berdaya dan mandiri secara kesehatan otomatis bagian yang lebih besar dari unit tersebutpun akan mandiri dan berdaya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah kelurahan bekerjasama dengan lintas sector dan lintas program yang ada di wilayah kecamatan tersebut. Unit Pelayanan Terpadu tersebut hanya berfungsi sebagai fasilitator, pelaksanaanya sepenuhnya tergantung dari pemerintahan desa.
Dengan kelurahan siaga, diharapkan kesadaran masyarakat dapat terbangun. Masyarakat mampu menyadari bahwa pencegahan jauh lebih murah dibandingkan pengobatan. Basis dari kegiatan Kelurahan Siaga adalah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Kelurahan Siaga merupakan gambaran masyarakat kelurahan yang sadar, tahu, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai permasalahan sosial di wilayahnya, terutama ancaman terhadap kesehatan dirinya sendiri dan lingkungannya, seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain sebagainya, dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki secara gotong royong menuju Kelurahan Sehat. Kegiatan masyarakat di Kelurahan Siaga digerakkan dengan mengembangkan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) atau Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).
Poskeskel merupakan salah satu wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) diharapkan mampu melaksanakan alih informasi dan alih teknologi serta alih kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Sehingga keberadaan Poskeskel bukan hanya sebagai suatu pelayanan kesehatan dasar, tetapi lebih merupakan forum interaksi antara masyarakat dengan tenaga kesehatan yang dijembatani oleh kader. Untuk itu inti dari kegiatan Poskeskel terletak pada kemampuan para kader Kelurahan Siaga dalam melaksanakan tugasnya sebagai motivator dan inovator dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

A.  SEKSI KIA

a.    P4K  (Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi)
Adalah merupakan kegiatan keluarga dan masyarakat di Kelurahan Ngegong yang di fasilitasi oleh bidan dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil,bersalin, dan nifas Tujuan dari dibentuknya P4K di Kelurahan Ngegong ini adalah mengkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan bahaya kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan P4K yang ada di Kelurahan Ngegong antara lain :
-       Tabulin ( Tabungan Ibu Bersalin ), merupakan peran serta ibu hamil dalam mempersiapkan biaya persalinan. Tabulin ini diikuti oleh seluruh ibu hamil di wilayah Kelurahan Ngegong ( 100% ), dengan kesepakatan : besar tabungan bebas sesuai kemampuan, cara menabung ibu hamil datang ke Posyandu Balita pada waktu hari buka Posyandu dan dicatat oleh kader tabulin di posyandu kemudian dilaporkan di Kelurahan Siaga/ Poskeskel. Untuk biaya persalinan oleh pemerintah ada program jampersal sehingga tabulin bisa dipakai untuk biaya penunggu/keluarga, dan kebutuhan persalinan yang lainnya.
-       Ambulan Kelurahan merupakan alat transportasi berupa mobil, motor, becak yang anggotanya ada di tiap RT ( setiap RT ada 1-2 kendaraan ) untuk mengantarkan warga Ngegong yang membutuhkan pertolongan kesehatan ( sakit, akan melahirkan, kasus kegawatdaruratan/ kecelakaan dll ) ke fasilits kesehatan ( Puskesmas / RS ). Semua ambulan dibuatkan jadwal piket perhari/ minggu disertai nomor telephone agar mudah dihubungi dan jadwal piket tersebut ditempel/ dipasang ditiap RT, Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Poskeskel. Biaya ambulan kelurahan ini diambil dari uang jimpitan/ dana sehat warga melalui RT dan dilaporkan ke poskeskel sebesar Rp.25.000 untuk mobil, dan Rp. 10.000 untuk sepeda motor/becak.
-       Donor Darah, merupakan bentuk partisipasi masyarakat untuk mendukung persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi bagi ibu hamil berupa kesiapan secara sukarela untuk mendonorkan darahnya apabila diperlukan. Di tiap RT ada 3-4 orang calon pendonor, dimana seluruh anggotanya ( sewilayah Kelurahan Ngegong ) tercatat dalam daftar Calon Pendonor disertai golongan darah dan nomor telephone agar mudah dihubungi dan daftar ini ditempel/dipasang ditiap RT, Posyandu Balita, Posyandu lansia, dan poskeskel.



 



-       Penempelan Stiker Ibu Hamil, merupakan salah satu kegiatan untuk persiapan persalinan dan pencegahan komplikai berupa penempelan stiker P4K di tiap rumah ibu hamil ( dipintu/jendela  yang mudah dilihat oleh warga sekitar ) yang dilakukan oleh kader, sebagai tanda bahwa dirumah tersebut ada ibu hamil yang apabila membutuhkan pertolongan sewaktu-waktu masyarakat siap membantu sehingga tidak sampai terjadi komplikasi/ bahaya. Stiker warna biru keunguan berisi nama ibu hamil, tanggal perkiraan persalinan, penolong persalinan    (bidan/dokter), tempat persalinan (RS,RB,BPS), pendamping persalinan (keluarga/suami/ibu), kendaraan/transportasi ( kendaraan pribadi/ambulan kelurahan ), calon pendonor, dan ditambah rencana KB. Semua ibu hamil harus sudah dipasang stiker P4K. Isi stiker P4K sesuai dengan perencanaan persalinan/ Amanat Persalina yang ada di buku KIA.

-       Penandaan, merupakan penandaan fktor resiko ibu hamil dengan menggunakan bendera yang dipasang bersama stiker ibu hamil oleh kader. Bendera terdiri dari 3 warna :
a)   Hijau untuk ibu hamil dengan RR/ Resiko Rendah ( nilai score 2, boleh melahirkan di bidan )
b)   Kuning untuk ibu hamil dengan RT/Resiko Tinggi ( nilai score 6-10, boleh melahirkan di bidan tetapi disiapkan rujukan ke RS )
c)   Merah untuk ibu hamil dengan RST/Resiko Sangat Tinggi ( nilai score 12 atau lebih , harus melahirkan di rumah sakit )




-       Sippen K3 ( Sistem pencatatan dan pelaporan Kehamilan, Kelahiran dan Kematian). Merupakan kegiatan pendataan, pencatatan, dan pelaporan oleh kader ke petugas kesehatan meliputi Kehamilan ( ibu hamil), Kelahiran (bayi dan ibu bersalin) dan Kematian di wilayah Kelurahan Ngegong.

b.   KADARZI (Keluarga Sadar Gizi )
Diharapkan semua keluarga di Kelurahan Ngegong sudah menjadi keluarga sadar gizi yaitu :

1.    Rutin menimbang bayi dan balita ke Posyandu. Ini bisa dilihat dari jumlah bayi/balita yang ditimbang di Posyandu ( D) dibandingkan jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Kelurahan Ngegong ( S ), untuk lomba D/S harus > 90%.
2.    Pemberian ASI Eksklusif , yaitu hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan ( tidak diberi susu formula atau makanan lain sampai bayi berusia 6 bulan).  Jumlah seluruh bayi di Ngegong yang mendapat ASI eklusif harus lebih dari 90%. Untuk itu ada penyuluhan tentang ASI segera  dan ASI eklusif pada ibu hamil sebanyak > 12 kali/tahun ( di posyandu, kelas ibu hamil, Pojok Laktasi ) dan ada Duta ASI yang membantu mempromosikan ASI eklusif ( Duta ASI Kelurahan Ngegong adalah ibu Ninggar , RT.7, memiliki putra 2 orang yang lahir dengan cara operasi caesar tapi tetap bisa memberikan ASI saja sampai 6 bulan )
3.    Pemakaian Garam Yodium
4.    Makan beraneka ragam sayur dan buah
5.    Pemberian Suplemen gizi ( pemberian vitamin A pada bayi diatas 6 bulan – 11 bulan warna biru, balita usia 12 bln- 5 thn warna merah, dan ibu nifas, pemberian kapsul yodium, pemberian tablet tambah darah/Fe.

       Selain  5 kegiatan tersebut masih ada bentuk peran serta lain yang mendukung, misalnya upaya PMT ( Pemberian Makanan Tambahan ),  penyuluhan di posyandu, pemanfaatan  pekarangan/ TOGA, upaya penggalangan dana sehat/ jimpitan. Kegiatan survey kadarzi minimal dilaksanakan 1x/thn, kemudian dibuatkan pemetaan oleh kader.

c.    Kegawatdaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, merupakan upaya masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan.
     Kegiatannya antara lain adalah :
1.    Pemetaan kondisi kelurahan dan daerah potensi bencana/kedaruratan, seperti ring road yang rawan kecelakaan.
2.    Pelatihan dan simulasi PPGD ( Prosedur Penanganan Gawat Darurat )

d.   Penyehatan lingkungan/ sanitasi, supaya yang dilakukan masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan sehat agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan.
Ciri lingkungan sehat ialah :
1.    Bersih, rapi tidak ada genangan air, pengelolaan sampah yang benar ada penghijauan, air bersih tersedia dan mudah di dapat, tersedia jamban sehat.
2.    Perumahan sehat tidak ada jentik, punya saluran pembuangan air limbah, penghijauan dan pemanfaatan pekarangan, penyehatan makanan dan minuman.           
Ciri rumah sehat adalah :
1.    Tersedia sarana air bersih
2.    Tersedia jamban ssehat
3.    Halaman bersih
4.    Ruangan cukup luas dan tidak padat penghuni
5.    Kamar berjendela, ada ventilasi dan sinar matahari dapat masuk
6.    Dinding, lantai kering
7.    Dapur berventilasi, ada cerobong asap
8.    Tidak ada jentik, kecoa, tikus
9.    Tidak lembab dan pengap
10.     Ada tempat sampah tertutup dan kedap air
11.     Ada resapan air hujan/ saluran pembuangan air limbah rumah tangga
12.     Lantai bukan tanah
13.     Ada lubang biopori, pengolahan sampah rumh tangga

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : kerja bakti lingkungan, pemerisaan jentik oleh kader jumantik 3-4x setahun, budaya CTPS, BAB di jamban ( jumlah jamban umum di Kelurahan Ngegong sebanyak 6 buah )

e.    PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )
Keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10 indikator yaitu :
1.    Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2.    Memberi bayi ASI eklusif, yaitu hanya memberi ASI saja pada bayi sampai usia 6 bln
3.    Menimbang bayi setiap bulan
4.    Menggunakan air bersih
5.    Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, kiat dengan budaya CTPS
6.    Menggunakan jamban sehat, kiat dengan budaya BAB  di jamban, tersedianya jamban umum, dan penyuluhan
7.    Memberantas jentik di rumah seminggu sekali, kiat dengan pemeiksaan jentik oleh kadeer jumantik disertai penyuluhan pada warga tentang bahaya demam berdarah. Kegiatan PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) melalui kerja bakti
8.    Makan sayur dan buah setiap hari, kiat dengan pemanfaatan pekarangan/ditanami sayur dan buah sehingga tidak perlu beli, pemnfaatan lahan kebun/sawah dengan tumpang sari, penyuluhan tentang pentingnya sayur dan buah untuk kesehatan.
9.    Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dengan jalan kaki atau naik sepeda, adanya kelompok bersepeda santai yang sekretariatnya di Ngegong di jalan Kunir ( rumah Bpk. Henoch joko L )
10.     Tidak merokok dalam rumah

Kegiatan yang dilakukan meliputi : simulasi PHBS, survey PHBS petugas kesehatan dengan kader, penyuluhan tentang PHBS. 




f.     Survailans berbasis masyarakat, yaitu pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat ( kader ) dibantu oleh tenaga  kesehatan berupa :
1.    Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulakan masalah kesehatan masyarakat
2.    Pelaporan cepat ( kurang dari 24 jam ) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat
3.    Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan
4.    Pelaporan kematian
Tujuannya : terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya masalah kesehatan yang akan mengancam atau merugikan masyarakat. Kegiatan yang diamati terus-menerus : penyakit menular, penyakit tidak menular. Kesehatan ibu dan anak, dan status gizi dan perkembangan anak

Senin, 01 Oktober 2012

SUKUN




Sukun merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia sejak tahun 1920, yang pada awalnya tanaman ini tidak banyak ditanam orang, namun sekarang sudah cukup populer karena dapat dibuat berbagai makanan beraneka ragam terbuat dari sukun misalnya: goreng sukun, getuk sukun, kolak sukun, cake sukun, mie sukun, klepon sukun, dodol sukun, bola sukun, apem sukun dan bahan baku pembuat  Pek empek (makanan khas Palembang) dan lain-lain.

Karena dengan dibuat tepung sukun maka makanan ini menunjukkan amat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Sekarang ini bibit sukun tengah banyak dicari masyarakat untuk ditanam, karena budi dayanya yang relatif gampang, produksi buahnya cukup baik dan manfaat buahnya dapat dikonsumsi untuk aneka ragam makanan dan harga jual buah yang menguntungkan serta masih banyak kelebihan lainnya yang membuat daya tarik masyarakat dikarenakan sukun bisa menjadikan makanan alternatif pengganti beras.

Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai “buah roti”. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari – Februari dan panen susulan pada bulan Juli – Agustus. Daerah penyebaran tanaman Sukun di Indonesia hampir merata, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan .

Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Buahnya berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar, dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg. Buah sukun bisa digunakan untuk bahan pangan. Pohon sukun umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Batang besar dan lurus hingga 8 m, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting (Koswara, 2008).

B. Manfaat Buah Sukun

Pemanfaatan buah sukun biasanya hanya sebatas direbus, digoreng, dijadikan keripik atau dijadikan kolak setelah dibakar utuh seperti yang dilakukan di Maluku. Buah sukun yang masih muda dapat pula dijadikan sebagai sayur. Sebenarnya terdapat pemanfaatan lain dari buah sukun namun jarang dilakukan oleh masyarakat. Selebihnya, banyak buah sukun yang menjadi tua di pohon dan jatuh terbuang. Padahal dalam buah sukun terkandung banyak manfaat seperti kandungan serat yang mencapai 16 kali lipat dari serat yang terkandung dalam beras. Dengan kandungan serat ini, buah sukun dapat membantu alat pencernaan dalam tubuh khususnya dalam proses pencernaan. Buah sukun juga dapat digunakan untuk obat bahkan diduga potensial untuk menurunkan gula darah.

Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Di Ambon, getah sukun (latek) digunakan sebagai bahan pembuat dempul (dicampur tepung sagu, gula merah dan putih telur bebek) untuk tong kayu atau perahu, supaya kedap air. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap, dan biasa digunakan untuk membuat perahu atau kontruksi rumah (Koswara, 2006).

Kandungan Kimia Buah Sukun

Buah sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin, natrium, kalsium, dan besi. Pada kulit kayunya ditemukan senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan sikloartobilosanton. (Makmur, L., et al., 1999).

Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. Buah sukun berbentuk hampir bulat atau bulat panjang. Pada buah yang telah matang, diameternya dapat mencapai 19,24 sampai 25,4 cm dan beratnya kurang lebih 4,54 kg. Kulit buah yang masih mudah berwarna hijau dan daging buah berwarna putih. Setelah tua, warna kulit hijau kekuningan atau kecoklatan, sedangkan daging buah berwarna putih kekuningan. Bagian yang bisa dimakan (daging buah) dari buah yang masih hijau sebesar 70 persen, sedangkan dari buah matang adalah sebesar 78 persen. Buah sukun yang telah dimasak cukup bagus sebagai sumber vitamin A dan B komplek tetapi miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca dan P buah sukun lebih baik daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah (Koswara, 2006)


UNSUR-UNSUR
SUKUN MUDA
SUKUN MASAK




Air (g)

Kalori (kal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

Kalsium (mg)

Fosfor (mg)

Besi (mg)

Vitamin B1 (mg)

Vitamin B2 (mg)

Vitami C (mg)

Abu (g)

Serat (g)




87.1

46

2.0

0.7

9.2

59

46

-

0.12

0.06

21

1.0

2.2
    


69.1

108

1.3

0.3

28.2

21

59

0.4

0.12

0.06

17

0.9

-